Jakarta - Komunitas Migas Indonesia (KMI) menyatakan kenaikan harga minyak di dunia jangan sampai membebani pengadaan BBM bersubsidi. Untuk itu harus tepat sasaran.
Hal ini disampaikan Ketua Harian KMI, Herry Putranto di Jakarta Minggu (31/10). "Sebetulnya dengan harga minyak dunia yang naik akan meningkatkan pendapatan negara. Namun apabila kuota untuk BBM bersubsidi meningkat maka beban pengeluaran negara juga meningkat, katanya.
Dalam APBN-P 2010, harga minyak dunia ditargerkan US$65 per barel. Namun harga di pasar dunia saat ini mencapai kisaran US$80 per barel. Selisih ini akan menjadi beban APBN untuk menjaga alokasi BBM subsidi.
Karena, lanjutnya, BBM bersubsidi seharusnya tepat sasaran, tidak seperti selama ini dinikmati mobil-mobil pribadi bukan tranportasi massal seperti yang ditargetkan pemerintah. Walau pendapatan negara naik karena tingginya harga minyak dunia, tapi diiringi juga dengan beban BBM bersubsidi yang meningkat jadi tak berarti apa-apa, tambahnya.
Sementara itu ketika ditanyakan prediksi harga minyak ke depan, Herry mengatakan kemungkinan harga akan terus naik. Selain disebabkan sumber cadangan yang semakin menipis di on shore (di darat), investasi juga akan semakin mahal. "Hal ini jika prose eksplorasi dan produksi bergeser ke laut dalam," jelasnya.